M E N U

Garuda Kita Masih Terbang


Mata tajam garuda terarah menukik dan tak henti tertuju pada negerinya tercinta. Dibalik luas dan keindahan alamnya ia tampak mengendus aroma keraguan para pemilik dan penghuni negeri.

Sayapnya tak lelah terus  dikepakkan menembus hutan dan lautan menggapai cerita di semua pulau dan daratan.
Melirik pada sebuah nama yang tampak samar walau telah lama dituliskan. Apakah ini sebuah nama yang lahir bukan pada waktunya ataukah nama yang datang pada tempat yang salah.

Tak pelak penguasa berteriak ingin memberi pejelasan, menepis isu manipulatif, menahan gejolak dan derita bertambah ataukah semakin menambah derita putra-putri pertiwi. Semua harus kupermudah. Tak kan kubiarkan anak negeri merasa selalu tertinggal di negeri sendiri. Aku akan datang !




Mengawali tulisan saya pertama ingin saya sampaikan bahwa saya saat ini bingung darimana saya akan mulai menulis tentang apa dan bagaimana saya bercerita tentang kurikulum 2013. Sudah sangat banyak para pakar yang terlibat yang mempersiapkan penerapannya, tak sedikit para aktivis pendidikan membedah, menelanjangi dan semacamnya hingga lahir evaluasi-evaluasi terhadapnya termasuk dari Kemendikbud sendiri. Hingga empat hari yang lalu, tepatnya tanggal 15 Desember 2015 saya baca di websitenya Kemendikbud "Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyesalkan manipulasi pemberitaan melalui media daring dan media sosial terkait penerapan kembali kurikulum tahun 2006 pada tahun 2016"
(http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/4928)


Saya hampir setiap hari berinteraksi dengan rekan-rekan guru yang mengajar di tingkat Sekolah Dasar, yang sudah masuk ke dalam kurikulum itu juga sejak awal diluncurkan atau dikenalkan. Tak sedikit aneka seminar, pembekalan dan aneka revisi juga terus menerus diberikan. Namun saya pun belum mendengar kekaguman dan keistimewaan yang didapatkan terhadap  penerapan kurikulum ini. Saya justru menemukan kegelisahan yang bertambah pada setiap wajah-wajah yang saya jumpai. Lingkungan saya hanya kecil, satu sekolah yang tak mungkin mewakil wajah negeri ini. Sebenarnya ini berlebihan kalau saya menggambarkan garuda yang terbang jauh. Namun bila ini menjadi perasaan yang terus-menerus mengalir pada wajah-wajah para guru dan mau tak mau memantul kepada anak-anak yang disekitarnya para ahli psikologilah yang pantas berbicara. Mengupas pelemahan massal dari warga yang merasa tertinggal itu seperti apa.

Saya memberanikan menulis ini bukan karena seorang ahli yang memiliki kemampuan mengupas masalah dan mencari sumber salah, namun  hanya karena ingin menuliskan perasaan saya saja, apalagi setelah baru saja membaca artikel ini.

Finding New Einstein 
Saya tidak tahu apakah kerugian atau keuntungan negara jika segera menghapus istilah atau nama 2013 pada kurikulum itu dengan nama yang lebih menguntungkan lagi. Berilah nama kurikulum sementara, kurikulum persiapan atau apasaja yang lebih baik. Dengan tujuan bahwa jika nama 2013 itu dipertahankan, sementara kumandang yang ada baru akan diterapkan pada tahun 2018, mengapa juga nama itu tetap harus didewakan. Ijinkan suara hati saya mengirimkan seekor garuda untuk hinggap di angka 3 sehingga 2013 menjadi angka 2018. untuk hinggap melengkapinya atau mengibasnya dengan sayapnya yang perkasa supaya tulisan itu rata.
Saya tidak anti perubahan apalagi meremehkan segala upaya perubahan untuk maju, kerja keras dan dana triliunan yang telah dikucurkan untuk menamainya. Apalagi usaha untuk segera mengganti namanya.


MENDARATLAH GARUDAKU!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar