Kalau menurut anda bagaimana? Termasuk bahagiakah Anda? Bagaimana anak-anak anda? Jangan terburu-buru menjawab karena jawabannya nanti akan anda temukan sendiri setelah kita sedikit membaca pengalaman belajar kita masing-masing memaknai kebahagiaan. Kebahagiaan yang kita perjuangkan, yang telah kita kecap dan yang ingin kita capai. Dimana kata bahagia itu akan bermakna dinamis dengan langkah panjang perjalanan kepribadian kita.
Saat menulis ini saya berada ditengah-tengah acara muda-mudi yang jumlahnya sekitar 3000an, Mereka ada dalam beberapa kelompok besar mengikuti sesi-sesi pengembangan diri yang diberikan oleh para tutor, motivator, rohaniwan dan kepolisian serta volunteer yang hatinya terpanggil untuk mendukung suksesnya acara kepemudaan ini. Setelah mengamati kelompok-kelompok yang beracara hampir semua mata peserta menunjukkan antusias dan keakraban. Semuanya menunjukkan kesiapan mereka menerima hal-hal baru yang diberikan selama tiga hari, termasuk teman-teman baru yang dijumpainya selama acara berlangsung.
Kebahagiaan mereka terpancar melalui terpancar melalui wajah mereka dan partisipasi mereka secara aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan. Ini adalah sikap produktif kaum muda. Menjadi tepat apabila kita pernah mendengar pernyataan "Orang yang bahagia lebih menjadi orang yang produktif". Kalau kita ingin memiliki generasi muda yang bahagia agar mereka menjadi orang-orang yang produktif maka memang kita harus membantu mereka bahagia, memfasilitasi mereka untuk bahagia dan yang tak kalah penting mengartikan kebahagiaan dengan benar dan menemukannya.
Inilah beberapa hal yang membantu mereka bahagia versi kliku:
1. Diterima dengan tulus dirinya dan eksistensinya
2. Terpenuhi kebutuhan dasarnya (jasmani dan rohani)
3. Tersalur bakat dan minatnya (termasuk update hal-hal baru)
4. Tersedia cukup ruang dan waktu/ sarana sosialita yang positip
5. Pengakuan terhadap pencapaiannya
(uraian pada post berikutnya)
Disisi lain sering kita jumpai betapa sempitnya pandangan kebahagian kamu muda tentang bahagia itu. Hal-hal dunia sering menjepit emosinya sehingga harus memaksa me